Kuterima sekotak permen, “Sebagai hadiah!”, katanya
Sekotak permen penuh warna-warna ceria,Kucicipi permen pertama,Warnanya hijau muda
Warna apa tuh yang dicicipi? tanyanya dia...
Oh.. abu-abu Rasanya pahit di lidah
Kala ia datang...
Bunga-bunga seperti berlomba menyerahkan dirinya...
Kala ia hinggap...
Tak ada ranting yang patah...
Kala ia pergi...
Tak ada yang disakiti...
Tak ada yang merasa kalah...
Bunga malah bersyukur....
Karna akan menjadi buah...
Sobatku....
Belajarlah kepada Lebah....
Ia hanya mengambil yang baik...
dan ia hanya menghasilkan yang baik....
"Kebahagiaan bukanlah soal intensitas, melainkan keseimbangan dan ketertiban dan ritme dan harmoni." - Thomas Merton.
Kebahagiaan hanya bisa dicapai jika ada keseimbangan antara fisik, rohani, mental dan sosial / emosional. Namun, intensitas tidak membantu pada kesempatan.
Obsesi mungkin merupakan suatu indikasi kita tidak hidup yang seimbang hidup sejak kita bergantung pada hal yang untuk menjadi bahagia. Jika kita menjalani kehidupan yang seimbang kita akan menemukan sukacita di hampir semua yang kita lakukan. Beberapa sedikit lebih dari yang lain, tetapi kebahagiaan kita akan berasal dari dalam diri kita dan bukan dari sumber eksternal.
Berpikir positif tanpa ada atau tidak, seperti bukan, "Aku tidak akan gagal," berpikir, "Saya akan berhasil." Lebih baik.
Hidup di masa kini. Tinggal di masa lalu atau masa depan, cukup melakukan apa yang kita inginkan benar pada saat itu, masa lalu tidak dapat diubah, dan masa depan pasti akan berubah menjadi sekarang.
Pikiran bisnis kita sendiri, dan menjaga pikiran kita dari kehidupan sehari-hari orang lain.
So ...
harus sejalan dengan seimbang....
Buat adekku, yang tiap libur kerjaannya cuma Tidur,Makan,Nonton...ngga sumpek apa?
bangun!!!
bangun!!!
Bangun!!!
bangkit!!!
semangat!!!
Kalau pikiran dendam sudah sedemikian rupa maka kita akan susah tidur. Susah untuk mempunyai ketenangan di dalam hati, Kehidupan kita gelisah; mudah tersinggung, dan batin kita menjadi beku. Sebaliknya, kalau kita meletakkan berkaca pada hati dan memakai hati untuk melihat kejadian-kejadian pada diri kita ini, maka apakah yang kita lihat? Yang kita lihat adalah: Apa yang sebenarnya terjadi! Sesungguhnya bukan dia yang menyakiti kita, bukan si dia yang mengikari janji, bukan si A, si B, si C, bukan si ini atau si itu yang membuat semuanya ini terjadi pada diri kita sendiri. Karena kita, semua itu terjadi, menimpa diri kita.
Yah, semakin aku resapi...semakin aku rasakan...apa yang terjadi terhadapku adalah balasan atas kesombongan diriku dimasa lalu, egois ntuk mencapai sesuati menjadi yang terbaik, yah tapi mau dibilang apa? tak perlu disesali, berusaha memperbaiki, terutama suasana hati...
Sobat di dunia di mana pun juga, tidak ada satupun peristiwa, apakah peristiwa menyenangkan,yang terjadi dengan begitu saja. Semua yang terjadi pada kita, itu adalah akibat dari perbuatan kita masing-masing; baik yang kita perbuat pada kehidupan ini, maupun yang telah kita perbuat pada kehidupan kita yang lampau, yang berbuah. Oleh karenanya, janganlah kita dendam. Apaun yang terjadi pada diri kita, adalah akibat dari perbuatan kita masing-masig. Bukan dibuat oleh orang lain kemudian dilemparkan kepada kita. Bukan! Ini adalah hukum dari kenyataan ,hukum karama yang universal.
Jangan menyalahkan, apalagi membenci orang lain, siapa pun juga. Lalu bagaimana sikap kita pada mereka yang mengganggu ketentraman kita? Bagaimankah tindakan kita pada mereka yang berbuat jahat pada kita? Apakah kita harus toleran terhadap mereka? Dan apakah mereka itu tidak membuat karma jelek baru? Sikap untuk menyadari, bahwa apapun yang menimpa kita adalah akibat dari perbuatan jelek kita sendiri, yang memang harus kita terima; adalah sikap kita yang pertama. Tetapi, bukan berarti hanya pertama itu saja kemudian kita berhenti.
Langkah yang harus kita ntuk sadari bahwa yang terjadi pada kita adalah akibat dari karma kita masing-masing, adalah sikap berpikir yang amat penting. Oleh karena dengan menyadari hal itu, kita tidak akan menaruh dendam pada mereka-mereka yang berbuat jahat ada kita. Dan kalau rasa dendam ini berusaha kita atasi, maka usah baik yang tulus. Karena kalau rasa dendam yang membakar dada kita belum kita atasi lebih dahulu, maka semua nasehat kita, petunjuk-petunjuk kita, untuk mereka menjadi pelampiasan dendam dan benci kepada mereka.
Sebelum sebatang pohon dapat tumbuh tinggi, terlebih dahulu ia harus menanamkan akarnya jauh ke dalam tanah, demi memperoleh zat gizi. Sama dengan mimpi kita. Bila kita ingin impian berubah menjadi kenyataan, kita harus mencari cara untuk memberi makan dan memelihara mimpi kita.
Sangat tidak realistis untuk berharap bahwa kita dapat mencapai bintang, tanpa terlebih dahulu menanam akar dalam tanah padat. Bermimpi itu gampang – sesuatu yang hidup di alam khayal. Namun mewujudkannya di alam nyata membutuhkan perjuangan keras.
Tanpa akar yang kuat, bahkan pohon tertinggi dan berbesar – akan tumbang. Tanpa terus belajar, bersikap disiplin, memelihara integritas, komitment, ketabahan, kesabaran, dan usaha – bahkan mimpi yang paling mungkin dan paling hebat – akan tumbang.
Mimpi dan tujuan kita memerlukan pemeliharaan. Tanamkan akar mimpi kitasedalam dan selebar mungkin – hingga tidak ada batas setinggi apa kita akan jangkau...