Rabu, 25 November 2009

Cerita Alvi “Seorang (supermom) Single Parent



Suatu ketika seorang teman kantor terkejut mengetahui gw berstatus sebagai seorang ibu tunggal dengan dua anak yang masih kecil (8 dan 6.5 tahun). Teman kantor gw itu berkata,”Wah hebat ya lo Vie…udah kerja seharian, terus masih harus ngurus dua orang anak…dan sendirian pula….wih wihhhh…lo emang wanita super deh.”


Menirukan sebait untaian lagu Wonder Woman-nya Mulan …”Gw bukan Wonder Woman”…ya memang gw bukan seorang super woman karena gw tidak mempunyai super power dan salah satu kebiasaan ‘mengeluh’ pun belom hilang 100% dari hidupku.


Tapi, julukan “Super Woman” ini bukan hanya baru sekali ini saja gw dapatkan. Beberapa orang selain teman kantor gw itu juga memberikan julukan serupa…yaaa Super Mom-lah, Wonder Mom-lah, Spider Mom-lah he..he….


Menanggapi pujian tersebut biasanya pipi gw hanya ‘me-merah’ karena, jujur, julukan itu terasa bagaikan sanjungan setinggi langit bagiku…terbang membawa diri ini ke awang-awang…menembus langit ke tujuh..haiyahh….:)


As single mom, diri gw ini sama sekali tidak memerlukan Super Power untuk menjalankan jalan hidup yang telah gw putuskan untuk dipilih. Gw hanya……”Just Do It” (mengutip slogan komesial produk NIKE). Gw yakin bahwa setiap orangtua menemukan cara untuk "just do it" dalam menggunakan sistem unik mereka sendiri. Tidak ada keajaiban atau kekuatan super di balik bagaimana orangtua tunggal melgwkannya. Yang dibutuhkan adalah kerjasama, sikap toleransi dan kesabaran, juga sedikit kreativitas… wellll …hmm .... rasa humor juga deh:)
Karena sangat penting membuat anak-anak mau bekerja sama dengan kita, orangtua, sebagai suatu tim.


Tapi tak dapat disangkal kadang-kadang, terus terang saja, orangtua tunggal dapat bête juga loh….Jadi see…I am not super woman indeed:) Apakah kita seorang ibu tunggal karena perceraian, kematian atau ditinggal tugas sang suami – perasaan bete yang sama kadang terasa. Ada saat-saat ketika kita merasa seperti semua orang mengambil, mendominasi waktu, tenaga dan pikiran kita….sampai-sampai kita merasa tidak sempat untuk mengurus dan memperhatikan diri sendiri. Dunia ini, juga Tuhan, terasa tidak adil. Rasanya seperti dunia, termasuk anak-anak bersekongkol melawan kita. Ketika malam menjelang, di tempat tidur sebelum kepala menyentuh bantal, yang bisa kita gw lakukan hanyalah berdoa meminta tambahan kesabaran dan kekuatan untuk melewati satu hari lagiJ


Namun, bukan hanya kesedihan saja yang dimiliki oleh ibu tunggal….ada momen-momen mengharukan juga bahagia dimana hanya kita, satu-satunya orang yang pantas dan berhak untuk merasakan rasa bahagia dan mengharukan itu.
Seperti ketika gw mengajarkan anak perempuanku belajar berjalan….wah itu membuat frustrasi bagi kami berdua. Ttetapi ketika akhirnya bayi perempuanku bisa berjalan, tidak pernah gw merasa lebih bangga pada dirinya atau dengan diriku sendiri, saat ituJ…


Atau ketika gadis cilikku itu mendapat peringkat juara umum di sekolahnya….wah bangga tak terperikan memenuhi relung dana….suatu rasa bangga yang umum dirasakan oleh setiap ibu di muka bumi iniJ….Namun yang istimewa adalah parental credit is all mineJ


Memori mengharukan ketika jagoan cilikku jatuh sakit. Batuk berdahak dan hidung peseknya yang mampet membuatnya sulit untuk bernafas, sehingga jagoan cilikku ini harus terbangun dari tidurnya hamper setiap jam. Sekedar untuk sedikit meringankan deritanya, gw pun selalu berada disamping tempat tidurnya. Kadang-kadang, rasa kesal dan cemburu terbersit di dada ketika membayangkan betapa enaknya ya mantanku yang pasti lagi tertidur lelap nun jauh di kotanya sana. Dan ketika akhirnya si jagoan cilik bisa tertidur….gw pun turut terlelap di atas karpet kamar tidurnya.


Dan ketika gw membuka mata di pagi hari, gw melihat ada sebuah piring berisi sepotong roti dengan selai stroberi ditemani harumnya secangkir ‘tea bag’ panas, yang ternyata sang putrid cilikku ini yang rela repot untuk menyenangkan hati maminya. Sikap manis ini menyentuh gw begitu dalam, memberiku semangat dan kekuatan baru untuk menghadapi hari.


Ada saat ketika anak-anak dapat merasakan bahwa ibu nya pun perlu bantuan, butuh seseorang untuk menjaganya dan kali ini gentian anak-anakku yang menjaga ibu mereka. Perasaan haru dan bangga pun kembali menghampiri…alvi pun kembali cengeng lagi deh …hiks (tapi sambil tersenyum juga lohJ )


Anehnya, gw tidak lagi merasa kesal dan cemburu terhadap mantan yang mungkin maseh tertidur berkilo-kilo meter nun jauh disana. Alih-alih merasa benci atau cemburu gw malah merasa sangat kasihan padanya. Sebagai orangtua, dia pun pasti rindu akan saat-saat seperti ini dan tidak lagi bisa menikmatinya.Karena gw tidak mempunyai kekuatan super, menjadi orangtua tunggal adalah hal yang paling sulit dan paling membuat frustrasi yang pernah dihadapi, tapi juga yang paling berharga terutama ketika melihat anak-anakku tertawa dan mengatakan “Love you, Mom” sambil mencium kedua belah pipiku.


Jadi untuk sekarang, tidak perlu kekuatan super untuk melewati hari demi hari…hanya Just Do it like Nike saidJ


seperti yg diceritakan Alvi Harahap 29 oktober 2009

Tidak ada komentar: