Senin, 19 April 2010

BERUBAHLAH.....



Apa sih definisi ‘gaul dan ‘menjadi lebih baik’ ?. Kalau saja tidak kuingat bahwa perempuan didepanku ini adalah sahabat lamaku pasti sudah dari tadi kuajak berdebat.

Inilah kelemahanku. Aku terlalu lemah untuk mendebat pendapat orang lain, takut menyakiti hatinya. Apalagi ini kawan lamaku. Kurang gaul ?. Apa iya?

Walau aku ‘hanya’ seorang gadis tapi aku aktif di berbagai kegiatan. Dari yayasan, arisan ikatan keluarga sampai anggota berbagai milis . Adu referensi tentang mode tas atau sepatu terbaru pun boleh. Atau boleh coba diskusi denganku.

Temanku juga banyak. Mulai dari tukang jamu langgananku sampai taman sesama anggota milis

Dan menjadi lebih baik?. Ini yang memerlukan pemikiran mendalam. Aku yakin, saat ini masih banyak kekuranganku sebagai manusia. Terkadang aku masih suka ngambek , Aku juga sering meledak marah Atau aku pernah juga merasa malas dan bosan karena rutinitasku di kantor .

Tapi aku sedang dalam proses menjadi lebih baik sekarang. Aku yakin itu. Karena aku merasakannya, aku tahu dengan pasti. Sekarang aku jauh lebih matang memandang hidup. Obsesiku terhadap uang juga berubah menjadi lebih bijak sekarang. Ketertarikanku dengan agama juga membuatku lebih tenang sekarang.


Apakah semua perubahan itu harus ditunjukkan secara fisik ?. Apakah kita harus merubah penampilan kita supaya orang lain tahu tentang perubahan kita ?. Atau mungkin yang dibicarakan sahabat lamaku ini sebatas perubahan fisik saja?.

“Maksudmu kamu tidak melihat penampilanku berubah dibandingkan dulu, begitukah?” tanyaku minta penjelasan.

Reni sayang, ini bukan masalah penampilan saja. Yang namanya perubahan di dalam pasti akan terpancar ke luar lewat lahiriah kamu.” jawabnya sambil tersenyum. “Aku yakin, bahwa cara kamu memandang hidup saat ini pasti tidak jauh beda dengan reni yang dulu. Yang selalu easy going, tidak memperdulikan pendapat orang dan cuek sama lingkungan. Benar kan?.” Sekali lagi aku terhenyak mendengar penilaiannya. Wah, ternyata seperti itulah dia menilaiku selama ini.

“Memang ada yang salah dengan hal itu ?. “ kataku kalem. Kulihat mata berlensakontak biru di depanku membelalak.

“Tidak ada yang salah sih. Tapi kamu bisa berubah menjadi lebih baik” katanya lugas.

Ternyata di balik kalimat- kalimat kritikannya ini dia menyimpan maksud tersembunyi dari hanya menegurku. Aku tidak tahu apa maksudnya. Tapi aku mencoba untuk mendengar dan menyelami maksud tegurannya. Tidak ada ruginya, pikirku.


“Mirna, aku ngerti kalau kamu kecewa sama aku. Kita memang selalu bersama sejak dulu. Tapi kamu dulu bilang, kamu bisa mengerti keputusan dan pilihanku. Kenapa kamu mengungkitnya lagi sekarang. Aku bahagia, Mir. Mungkin aku tidak akan pernah mewujudkan mimpi kita dulu untuk mempunyai jaringan klinik di mana-mana. Tapi aku menemukan kenyataan lain, Mir. Aku bisa menemukan kebahagiaan lain. Dan itu adalah diruku”. Keluar juga isi hatiku yang kupendam dari tadi. Entah kenapa, aku merasa bukanlah menjadi haknya untuk beranggapan bahwa hidupnya lebih baik dari aku

“Tapi aku melihat kamu tidak berubah, Ren.”

“Aku memang tidak harus berubah, Mir. Aku puas atas diriku. Tuhan sudah memberi banyak nikmat padaku. Tak ada yang bisa kulakukan selain bersyukur.”

“Manusia harus berubah untuk kehidupannya. Kalau tidak dia akan tertinggal oleh zaman.”

“Aku tidak mau berubah. Beginilah aku. Aku hanya ingin menjadi lebih baik.”

Mungkin memang benar katanya, aku cukup keras kepala untuk mengakui ada beberapa pendapatnya yang perlu kudengar. Mungkin memang benar usahaku kurang kuat untuk menjadi orang yang lebih baik, sehingga orang lain tidak melihat ada perbedaan pada diriku. Banyak yang harus kukoreksi dari diriku dan kehidupanku. Aku mengerti kalau dia tidak bermaksud menyakiti hatiku. Dia hanya memakai kacamatanya untuk melihat kehidupanku. Dan seperti katanya, aku memang tidak peduli apa kata orang tentang kehidupanku. Dia memang benar, aku memang agak keras kepala

Tidak ada komentar: