Rabu, 19 Mei 2010

Pedulilah Sobat…




Sobat, mungkin yang aku paparkan dibawah ini sudah bosan di baca ataupun di dengar dan dilihat, sebagian dari kita hidup di kota – kota besar di Negara ini, setiap kita pasti pernah melihat orang-orang yang tak seberuntung kita, di pingir jalan raya, di kolong jembatan, di emperan toko, yah.. mereka adalah orang- orang terlantar karna kemiskinan. Kaum miskin atau gembel label yang terpaksa melekat pada mereka.

Kekurangan beruntung mereka menjadi pelengkap keramaian kita yang sedang bersantap makanan di warung dipinggir jalan, menjadi hiasan di perhentian lampu merah. Mereka hidup tergantung pada belas kasihan orang- orang yang melihat mereka .

Kalau malam sudah larut, sepi dari hilir mudik orang- orang ,kendaraan serta keramaian lainnya merekapun beranjak ketempat peraduan mereka ,pinggiran jalan, emperan toko, kolong jembatan adalah hunian mereka. Hunian yang menjadi pilihan tanpa pilihan.

Apakah mata hati kita masih terbuka kepada mereka? Karna begitu banyak mereka dan karna hampir tiap hari melihat seakan telah menjadi hal yang biasa dilihat kasat mata. Saking biasanya terlihat, sampai-sampai mata hati telah menganggapnya sebagai kewajaran pula.

Bagaimana dengan keadaan di kampuang halaman kita? Apakah hal- hal tersebut sudah menular ke kampung halaman kita? Apakah pengemis ,pengamen bahkan penodong sudah beraksi dikampung kita? Lambat laun hal itu pasti akan terjadi dan mungkin sudah terjadi….

Lihatlah…berapa banyak pengangguran di sana? Berapa banyak anak2 yang tidak bisa melanjutkan sekolah? Berapa banyak mereka yang sakit tak bisa berobat? Berapa banyak dari mereka yang bergizi buruk? Siapa yg harus disalahkan?

Apakah Pemerintah, masyarakat dan kaum intelektual ? atau mereka sendiri ? entahlah ….


Karna tidak ada biaya , Mereka dilarang sekolah karna buat makan saja tidak ada, Karna tidak ada biaya berobat , sakitpun mereka tahan , bahkan untuk ke Puskesmas sekalipun. Yah keadaan kemiskinan telah menjadi benang kusut yang sulit untuk di luruskan . Bagi mereka, bersekolah hanya sebatas mimpi yang tak akan pernah terwujud. Kesehatan mahal bagi mereka dan berobat ketempat yang benar cuma angan-angan bagi mereka

Selayaknyalah pemerintah dan masyarakat terutama kita bergerak bersama menolong saudara-saudara kita yang terjerat dalam jurang kemiskinan. Belajar dari pepatah, “Beri kail bukan ikan“. Bila kail telah diberi, ajarkan cara memancing, niscaya dapat mencari ikan dengan sendirinya. Anak-anak kita diberi pendidikan yang layak dan keterampilan. Tak ada kata susah bila semua satu padu saling bekerja sama ke arah yang lebih baik. Kemiskinan tak akan beranjak dari kamus bangsa kita bila tak ada perjuangan untuk melepaskan jeratnya.

Kita harus PEDULI. Terutama Pedulilah dengan mereka yang susah dikampung kita , mereka yang dengan susahnya mengumpulkan receh demi receh, Pedulilah dengan mereka yang tak seberuntung kita dapat mengenyam pendidikan, sementara kita , ada yang bermalas ria dan masih mengeluh untuk belajar.

Apa yang telah kita buat? Kita diciptakan untuk berbagi hidup dengan mereka. Aku sangat mendukung apabila ada orang2 yang membentuk suatu perkumpulan ( Ikatan, Yayasan, Lembaga) yang benar2 berniat membantu mereka yang kurang beruntung terutama mereka2 yang ada di kampung halaman kita, Peduli dan berbagilah. Banyak hal yang bisa Kita lakukan. Tak perlu terlalu hebat bila tidak sanggup. Hal-hal yang kecil saja, namun berguna. Itu sudah cukup. Mereka bukanlah siapa-siapa. Mereka adalah saudara,anak2 kita. Kita berpijak pada tanah yang sama dan minum air yang sama di bumi pertiwi, Indonesia.

Mulailah sobat, sisihkan sedikit rezkimu, bagikan ilmumu,curahkan ide-idemu,….

Sekiranya tak menganggap ini sebagai angin lalu, yang ada hanya untuk sesaat saja dan kemudian melupakan.,!

Tidak ada komentar: