Jumat, 03 Desember 2010

Ketika Dendam Menghujam....

Setelah sekian lama peristiwa itu terjadi, dan dengan tenang juga saat itu aku berkata, aku memaafkanmu dan aku tak dendam padamu, dan saat ini aku sudah tidak teriris lagi memang, .Setiap aku mengenang kejadian itu lantas berduka nestapa yang dalam tidak juga. Tapi kalaulah ditanya apakah aku memaafkan dia pada hari itu? Aku sudah menjawabnya iya aku tidak berbohong,tetapi terus terang sakit hatiku tak bisa kulupakan dan untuk mengungkapkan sejujurnya kok rasanya susah memverbalkannya.

Apakah aku menyimpan dendam. Seperti berduri di hatiku paling dalam benar-benar terselubung sampai aku pun sering bertanya-bertanya , apa yang kamu lakukan Ren ? aku tidak melakukan apa-apa , dan sampai detik ini aku mencap diriku sendiri sebagai orang yang pemaaf, tapi benarkah?

Kamar sempit, penerangan yang temaram , Sulit aku gambarkan perasaanku saat ini .Setiap aku bangun tidur, dengan perasaan hampa , kebosanan yang membebat, Dan di aura yang sama sekali tidak indah sangatlah tidak preferrable untukku memulai rutinitasku,

Ternyata aku susah memahami sisi paling dalam kepribadianku yang belum terungkap. Seperti teori gunung es, ternyata aku pendendam. Dan menyadari kenyataan pelik seperti itu membuatku takut mengakuinya, maka itu aku bungkam, aku terlanjur mencap diriku sendiri sebagai orang yang pemaaf, tapi benarkah?

Seperti segala sesuatu ada asal mulanya, maka ceritaku ini juga ada sebab musababnya.

Setiap hari tidurku sekarang teratur, sepulang kerja kuhempaskan badan di kasur tipis, dan tenggelam dalam mimpi di temaramnya kamar. Azan subuh masjid sebelah tidak menggoyang-goyang aku dalam kelelapan, dan baru aku terjaga saat dingin subuh hampir hilang....Aku menggeliat, memicingkan mata dari melihat jam dindingku ,Jam berapa ini?? Aku buru-buru ke kamar mandi berharap tidak kehilangan waktu subuhku.

Didalam solatku penyesalan penyesalan menjadi renunganku, gambaran-gambaran yang aku perbuat, dan apa yang aku laku akhir-akhir ini kepadanya? secara tak langsung berbagai cara aku lakukan untuk menerornya....ya tuhan apa yang aku perbuat ??? aku tau yang kuperbuat sangat menyiksa dirinya, aku tau apa yang aku lakukan secara tak langsung membuat dirinya tak berkutik apa-apa, bisa aku bayangkan betapa terkaget kagetnya dia membaca segala postinganku tentangnya, betapa gemas hatinya atas apa yang aku kirimkan untuknya, semua demi dendamku padanya.

Aku menarik nafas dalam dalam, aku kembali merenung, dan suara itu....Kemana perginya nasehat-nasehat orang-orang yang menyanyangimu? semakin kamu dendam semakin kamu tak bisa melupakannya? apa yang kamu harapkan dari dendammu itu?? suara - suara dari hati putihku seakan mengingatkanku....,

Tapi aku ingin lihat dia merasakan penyesalannya, aku ingin lihat betapa dia menderita, aku ingin liat dia merana,....!!!! suara -suara dari hati merahku membuatku bimbang. dan apakah aku masih mengecap diriku sebagai orang yang pemaaf, tapi benarkah? Aku tidak tahu.....Diakhir renunganku....aku pasrah padamu ya Allah.... Karunianilah aku sifat pemaaf, pengampun dan lapang dada. ya Allah... jadikanlah aku orang yang dapat menahan meluapnya kemarahan dan orang yang suka memaafkan orang lain jauhkan aku dari rasa dendam ini. amin Allahuma Amin.

Tidak ada komentar: